Kehidupan & Stress |
Umumnya penyakit mental yang diderita manusia adalah akibat pikiran yang selalu negatif. Jadi hanya kesadaran pikiran dan hal-hal yang dianggap baik/positif saja, yang dapat menerima sugesti penyembuhan bioenergi ini. Kalau hal itu dipercaya, maka yang biasanya sakit atau suka ditimbuni penyakit, akan merasa segar kembali. Memang, kekuatan energi adalah alasan yang paling baik untuk semua manusia. Namun ada saja serangan penyakit, tanpa kita sendiri mampu melihat fakta yang menarik dan energi yang tidak terbatas dalam diri kita. Kekuatan itu akan membawa manusia ke aktualisasi pemikiran dengan kepercayaan dan kesadaran. Kalau pemikirannya kacau dan berpikiran negatif, maka dia hanya bisa mengharapkan kehidupannya juga kacau dan kondisinya pun yang tidak sehat. Sungguh sangat tidak menguntungkan orang yang terbiasa selalu berpikir negatif di dalam hidupnya. Stress merupakan fakta yang dialami banyak orang termasuk kita dan saudara-saudara kita. Adalah suatu hal yang bagus, bila kita dapat menolak pikiran negatif itu. Justru pikiran negatif adalah penyakit yang membuat kita sakit, menderita bahkan menyebabkan kematian. Kita tidak ingin hal itu terjadi pada diri dan saudara-saudara kita tentunya. Maka rahasia kesehatan adalah buanglah pikiran yang negatif. Rasulallah saw melarang kita berpikir negatif ketika seseorang mengatakan ,”Seandainya dulu aku… niscaya…” maka Sabda Beliau adalah, “Bersunggug-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini, begini’. Katakanlah, ‘Allah telah mentakdirkan dan apa yang Allah kehendaki maka itu terjadi’ . Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan.” (HR Muslim) Kehidupan dan stress adalah sahabat kental. Kedua pihak sering bertemu setiap saat. Dimanapun berada. Stress akan muncul tiba-tiba, di luar keinginan kita. Tanpa harus menilpon atau mencet tombol radio dan mencari sebuah frekwensi. Dia nyelonong bak ‘setan penggoda’, kapanpun mau menggoda. Stress adalah penyakit mental, yang kalau tidak dirasa-rasakan, tidak secuilpun tubuh yang terasa sakit dan tidak ada penyakit yang dapat dideteksi. Munculnya stress, frustrasi atau depresi pada semua mahluk agaknya seumur dengan lahir dan perkembangan mahluk itu sendiri. Stress akan dialami oleh manusia, hewan termasuk juga tumbuh-tumbuhan. Tanaman-tanaman juga mengalami hal yang sama. Tatkala kita menempatkan tanaman anggrek yang tidak tepat kondisi cuaca dan cara perawatannya, daunnya langsung pada menguning, akarnya kering lalu mati. Begitupun pepohonan lain akan langsung layu, walau kemudian kita tanam di tempat lain atau dipindahkan. Lama, dia harus menyesuaikan dengan kondisi cuaca dan tanah. Namun dia akan mengalami stress dan kalau tidak sesuai dengan habitatnya, mati. Memang, manusia hanya menerka-nerka bahwa flora dan fauna itu juga mempunyai perasaan. Mereka harus dirawat, diberi makanan atau pupuk dan diberi kasih sayang. Tak ubahnya manusia. Menurut tokoh psikologi, Richard Lazarus, stress bisa dibilang akan muncul, ketika kondisi kehidupan berubah atau realita yang kita hadapi tidak sesuai dengan keinginan. Pada manusia, ketika terjadi perubahan mereka akan melakukan proses penilaian awal (primary appraisal). Ialah sesuatu yang bisa dirasakan sebagai hal yang positif, netral atau negatif. Setelah itu potensi stress bisa saja terjadi. Ini adalah gejala dasar stress pada manusia. Tentu saja tekanannya ada yang sangat ringan hingga seberat-beratnya. Pada orang-orang yang mentalnya kurang kuat, apapun yang dia hadapi bisa mengakibatkan stress. Individu pada umumnya akan stress ketika mengalami kehilangan pekerjaan jadi pengangguran, kemiskinan, kehilangan orang-orang yang dicintai karena kematian atau putus cinta.
Stress berat, depresi dan putus asa, bisa mengakibatkan seseorang bunuh diri seperti halnya pemenang Pulitzer tahun 1994 Kevin Carter, pemilik perusahaan Hyundai Chung Mong Hun, pengusaha tekstil Marimutu Manimaren atau novelis Jepang legendaris Akutagawa Ryonusuke. Di lain pihak, orang yang divonis hukuman penjara hingga menjadi terpidana mati, juga akan mengalami depresi berat. Ratu Marie Antoinette dari Scotlandia ketika menghadapi eksekusi dengan guillotine, tiba-tiba rambutnya langsung memutih. Padahal tadinya dia nampak tenang-tenang saja. Hal itu menggambarkan betapa hebat stress yang dia pendam sebelumnya. Banyak narapidana hukuman mati yang masa eksekusinya ditunda, tidak bisa menahan ketakutannya. Suatu saat, mereka tiba-tiba berteriak-teriak histeris di dalam selnya.
|